Teguh Rahmadi, sepuluh tahun menjadi sinematografer, kebanyakan mengerjakan iklan televisi. Cara pikir dan kerja sangat sistematis. Tidak hobi naik gunung, namun merasa sangat tertantang untuk melakukan ekspedisi ini.
Yohanes Christian Pattiasina, asisten kamera di industri perfilman selama
lima tahun. Naik gunung adalah hobi barunya. Ia berharap ekspedisi ini dapat
menjadi batu loncatan untuk karirnya. Perawakannya tinggi, makan selalu banyak.
Ia akan berhenti berfungsi sebagai manusia jika perut lapar. Jadi lapar bukan
pilihan.
Rivan Hanggarai, lima tahun menjadi sinematografer. Tujuh Aksa akan menjadi film panjang dokumenter perdananya. Semenjak kuliah ia bergabung dalam organisasi pencinta alam. Walau pendiam, ia cukup narsis. Dalam memaknai tema “AKU” ia punya target untuk melakukan travelling selfie, merekam perjalanan dia dengan cara selfie.
Jogie Kresna Muda Nadeak, asisten kamera plus pemilik toko reparasi ponsel. Hingga sekarang masih menjabat sebagai seorang ketua pengurus organisasi pecinta alam. Komitmen tinggi dan selalu menuntut orang-orang untuk setia pada apapun yang telah disepakati bersama. Ia ingin memanfaatkan ekspedisi ini untuk mengibarkan bendera organisasinya di setiap puncak gunung. Dan di atas semua itu, dia suka sekali curhat.
Wihana Erlangga, profesi penata artistik di industri perfilman. Dari semua anggota, ia punya pengalaman paling banyak mendaki gunung, sehingga menjadi orang yang selalu mengingatkan prosedur standar pendakian. Selain itu, ia juga yang paling melankolis, suka sekali menyendiri, berteman dengan batu, bunga, dan pemandangan.
Anggi Frisca, pencetus ide ekspedisi Tujuh Aksa ini. Ia adalah sinematografer perempuan yang sudah 10 tahun berkecimpung di dunia film. Kecerdasan sosialnya paling tinggi di antara yang lain. Ia mudah berkawan, dan suka memprovokasi teman-temannya untuk melakukan hal-hal di luar kewajaran.
No comments:
Post a Comment