Thursday, January 8, 2015

Rumah Kami di Gunung

Kerlip bintang di angkasa dan lampu natal malam itu membuat kami merasa kami tidak kemana-mana, kami ada ditempat yang penuh dengan kehangatan.

Langit yang indah, udara yang bersih dan hangatnya suasana keluarga yang diciptakan para sahabat. Doa malam natal mengiringi kebersamaan. Sosok bapak yang hadir menjadi penyemangat baru dalam kerinduan kami akan keluarga, kami ada disini untuk mengisi satu sama lain...

Hiasi warna hidup seperti alam menghiasi langitnya dengan bintang-bintang. Energi semesta mengantarkan kami dalam sebuah perjalanan bersama...

Kami hanya punya satu harapan. Apa yang kami rasakan, apa yang kami lihat, langkah menuju tujuan kami dapat dirasakan oleh banyak orang.

Wujudkan mimpi kami dalam satu rasa yang sama.

"Langkahkan kakimu untuk melihat dan merasakan Alam"

Tuesday, December 9, 2014

Hasil Akhir Ekspedisi Ini

Hasil akhir film ini dipastikan akan terdapat kumpulan footage pemandangan mulai dari kaki hingga puncak gunung yang ada di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Asli tanpa efek visual. Tidak hanya itu, petualangan dan pendakian yang berat juga akan terekam. Ada beberapa di antara filmmaker ini yang belum pernah mendaki gunung, sehingga penonton akan lebih mudah beridentifikasi dengan mereka.

Ini bukan perjalanan mudah, bukan tamasya. Ini bukan kehidupan glamor layar lebar yang membawa selebritis, puluhan kru, serta tenda catering naik gunung. Ini adalah kisah tujuh anak muda menjajaki tujuh gunung nusantara, dengan harapan dapat menaklukkan diri sendiri.

Tujuh Aksa akan menjadi dokumenter penting yang dapat mengingatkan kembali bahwa kita memiliki keindahan alam tak berbanding, membakar semangat siapapun yang menonton agar kali ini mau menantang diri sendiri untuk keluar dari zona individualnya yang nyaman, serta secara sederhana menjadi pernyataan bahwa pencapaian bisa dilakukan siapa saja dan kapan saja.

Siapa Kami?

Teguh Rahmadi, sepuluh tahun menjadi sinematografer, kebanyakan mengerjakan iklan televisi. Cara pikir dan kerja sangat sistematis. Tidak hobi naik gunung, namun merasa sangat tertantang untuk melakukan ekspedisi ini.

Rivan Hanggarai, lima tahun menjadi sinematografer. Tujuh Aksa akan menjadi film panjang dokumenter perdananya. Semenjak kuliah ia bergabung dalam organisasi pencinta alam. Walau pendiam, ia cukup narsis. Dalam memaknai tema “AKU” ia punya target untuk melakukan travelling selfie, merekam perjalanan dia dengan cara selfie.

Yohanes Christian Pattiasina,  asisten kamera di industri perfilman selama lima tahun. Naik gunung adalah hobi barunya. Ia berharap ekspedisi ini dapat menjadi batu loncatan untuk karirnya. Perawakannya tinggi, makan selalu banyak. Ia akan berhenti berfungsi sebagai manusia jika perut lapar. Jadi lapar bukan pilihan.

Jogie Kresna Muda Nadeak, asisten kamera plus pemilik toko reparasi ponsel. Hingga sekarang masih menjabat sebagai seorang ketua pengurus organisasi pecinta alam. Komitmen tinggi dan selalu menuntut orang-orang untuk setia pada apapun yang telah disepakati bersama. Ia ingin memanfaatkan ekspedisi ini untuk mengibarkan bendera organisasinya di setiap puncak gunung. Dan di atas semua itu, dia suka sekali curhat.

Wihana Erlangga, profesi penata artistik di industri perfilman. Dari semua anggota, ia punya pengalaman paling banyak mendaki gunung, sehingga menjadi orang yang selalu mengingatkan prosedur standar pendakian. Selain itu, ia juga yang paling melankolis, suka sekali menyendiri, berteman dengan batu, bunga, dan pemandangan.

Anggi Frisca, pencetus ide ekspedisi Tujuh Aksa ini. Ia adalah sinematografer perempuan yang sudah 10 tahun berkecimpung di dunia film. Kecerdasan sosialnya paling tinggi di antara yang lain. Ia mudah berkawan, dan suka memprovokasi teman-temannya untuk melakukan hal-hal di luar kewajaran.